Archive for 2019
JANGAN KATAKAN ‘MUNGKIN’
Kata ‘mungkin’ lebih condong pada ketidakpastian atau keraguan. Maka dari itu, janganlah pernah berkata mungkin dalam hidup anda. Dalam setiap menjalankan hari yang baru, mulailah dengan penuh keyakinan dan hilangkan semua keraguan yang ada dibenak pikiran anda. Atas apa yang hendak anda raih, jangan katakan “mungkin saya bisa melakukannya”, tetapi katakan dengan penuh keyakinan bahwa “saya mampu melakukannya”. Kata ‘mungkin’ meskipun satu kata yang sederhana tetapi akan membuat semuanya menjadi berat dan mustahil untuk dilakukan. Ketika anda memiliki motivasi hidup, anda dapat melakukan hal yang sebelumnya belum pernah anda bayangkan. Kutipan kata mutiara bijak tentang kehidupan kali ini dapat anda jadikan sebagai motivasi yang membantu anda agar semangat dalam melakukan setiap hal dalam hidup.
semoga memotivasi buat kita semua
have a good saturday everyone :)
Dont say Maybe !
Yang kepo dan pengen tau apa itu semantic kuy lah baca penjelasan nya.
semoga bermanfaat .

WHAT IS REFERENCE?
semoga bermanfaat .
SEMANTICS
: STUDY OF MEANING AND REFERENCE
SEMANTICS AS PART OF GRAMMAR

Dalam mempelajari
linguistic dan perpaduan prinsipnya maka belum lengkap tanpa menjabarkan
tentang apa makna dari unit tersebut, bagaimana ia digunakan, dan apa yang
biasanya digunakan untuk berkomunikasi.
Pada bidang
linguistic, semantics secara umum diartikan sebagai study dari arti atau makna
dan anggapan yang terkait dalam bahasa, sedangkan secara logika atau nalar,
semantic dianggap sebagai reference atau petunjuk linguistic dan kondisi
sebenarnya dalam bahasa.
Deskripsi semantic dalam hakikat kebahasaan harus mencatat fakta dari suatu arti atau makna, linguistic reference, dan pada keadaan yang sebenarnya.
Deskripsi semantic dalam hakikat kebahasaan harus mencatat fakta dari suatu arti atau makna, linguistic reference, dan pada keadaan yang sebenarnya.
Semantik itu tidak
selamanya berperan penting di Linguistik modern.Dari PD II di awal tahun 60an
telah dilihat,terutama di Amerika Serikat,sebaagai sesuatu yang tidak terlalu
dihormati.
Karena Semantik dianggap sesuatu yang aneh dan bukan bagian dari grammar.
Hingga Katz dan Fodor dan article mereka yang begitu berpengaruh,”The structure of a semantic theory”
Karena Semantik dianggap sesuatu yang aneh dan bukan bagian dari grammar.
Hingga Katz dan Fodor dan article mereka yang begitu berpengaruh,”The structure of a semantic theory”
Banyak anggapan bahwa semantic merupakan
bagian dari grammar seperti syntax dan phonology. Sering dikataka bahwa grammar
mendeskripsikan tentang sebagaimana kefasihan pembicara menguasai bahasanya
atau linguistic competence. Berarti kita bisa beranggapan bahwa kefasihan
apapun yang diketahui oleh pembicara merupakan bagian dari deskripsi bahasa itu
sendiri. Deskripsi makna merupakan bagian yang teramat penting mengenai
deskripsi dari pembicara mengenai pengetahuan linguistics. Grammar harus berisi
tentang komponen yang dapat menjelaskan tentang apa yang diketahui oleh
pembicara mengenai semantics.
Anggapan lebih umum
juga mendorong kita untuk memasukkan semantics ke dalam grammar. Bahasa sering
didefinisikan sebagai system konvensional dalam berkomunikasi, yaitu system
untuk menyampaikan pesan. Selain itu, komunikasi akan tercapai jika hanya pesan
yang disampaikan tersebut memiliki arti. Jadi untuk mengkarakterisasikan system
tersebut, sangatlah penting untuk mengetahui artinya dan itu mengandung semantics.
WHAT ARE MEANING AND REFERENCE?
WHAT ARE MEANING AND REFERENCE?
MEANING
Di dalam bahasa
inggris, kata “mean” bisa memiliki banyak arti dan penggunaan. Pada contoh 1
pada halaman 238, dari 10 contoh kalimat yang menggunakan kata mean dan means,
tak satupun dari mereka yang sesuai dengan kata “mean” yang sedang kita diskusikan
saat ini.
Lebih baik kita
menggunakan istilah mean dan meaning,seperti pada contoh 2.
Penggunaan kata “mean” pada kedua contoh tersebut menunjukkan 2 tipe penting dari meaning itu sendiri, yaitu linguistic meaning dan speaker’s meaning.
Linguistik meaning merupakan arti sebenarnya dari apa yang diekspresikan. Sedangkan speaker’s meaning dapat berbeda dari linguistic meaning tergantung dari speaker itu sendiri, apakah ia berbicara secara harfiah atau arti yang sebenarnya (Literally) atau tidak ( nonliterally).
Penggunaan kata “mean” pada kedua contoh tersebut menunjukkan 2 tipe penting dari meaning itu sendiri, yaitu linguistic meaning dan speaker’s meaning.
Linguistik meaning merupakan arti sebenarnya dari apa yang diekspresikan. Sedangkan speaker’s meaning dapat berbeda dari linguistic meaning tergantung dari speaker itu sendiri, apakah ia berbicara secara harfiah atau arti yang sebenarnya (Literally) atau tidak ( nonliterally).
Literally maksudnya
pembicara mengatakan sesuatu sesuai dengan arti sebenarnya, pada hal ini tidak
ada perbedaan antara linguistic meaning dengan speaker’s meaning. Non literally
sendiri mengenai apa yang kita maksudkan itu berbeda dengan apa yang kita
ucapkan. Misalnya ketika kita menggunakan sindiran. Contohnya di hal 239,alinea
1.
Kembali ke pembicaraan awal yang membicarakan tentang makna sebuah Meaning kita harus tetap mengingat bahwa meaning dari sebuah kata bisa beragam melewati dialek dan di berbagai macam pembicara. Contoh : kata “Bonnet”, untuk American English kata tersebut berarti salah satu jenis topi. Sementara untuk British English “Bonnet” itu berarti kap penutup mesin mobil atau motor. Jadi Bonnet itu tidak bisa ditetapkan menjadi suatu arti tetap untuk semua jenis bahasa Inggris.
Kembali ke pembicaraan awal yang membicarakan tentang makna sebuah Meaning kita harus tetap mengingat bahwa meaning dari sebuah kata bisa beragam melewati dialek dan di berbagai macam pembicara. Contoh : kata “Bonnet”, untuk American English kata tersebut berarti salah satu jenis topi. Sementara untuk British English “Bonnet” itu berarti kap penutup mesin mobil atau motor. Jadi Bonnet itu tidak bisa ditetapkan menjadi suatu arti tetap untuk semua jenis bahasa Inggris.
Masalah ini menjadi
semakin rumit ketika kita menemukan arti tersebut antara pembicara yang
memiliki dialek yang sama. Bahasa pada setiap individu tergantung dari gaya
bahasa seseorang tersebut. Jadi arti atau makna dari gaya bahasa seseorang
dapat berbeda antara satu dengan yang lain.Lalu bagaimana dengan kamus bahasa
Inggris ? Darimana mereka tahu arti sebuah kata ? atau benar atau tidaknya ?
Mengingat banyaknya perbedaan di setiap arti sebuah kata. Kembali lagi kepada
prescriptive rule dan descriptive rule tentang grammar di Chapter 1. Kamus –
kamus yang ada biasanya diperoleh dari tradisi prescriptive rule dan selalu
digunakan untuk bahasa tulis yang bersifat formal. Sehingga penggunaan
kata-kata informal yang tidak dimasukkan dalam daftar dan dianggap tidak tepat
atau tidak cocok. Sementara dari sudut pandang descriptive rule, berbahasa
lisan dapat membentuk pusat sumber data dari teory linguistics dan para
linguist lebih memperhatikan dalam menemukan makna dan hubungannya pada bahasa
lisan yang digunakan sebenarnya oleh pembicara. Meskipun kamus dapat berguna
dalam menyediakan suatu definisi kata tetapi ia tidak menggambarkan secara
akurat arti dan variasi arti kata yang biasa digunakan pada bahasa sehari-hari.
Seorang pembicara itu haruslah bebas dalam menggunakan kata dan dapat melanggar
aturan berbahasa yang ada pada prescriptive rule. Keberhasilan sebuah
komunikasi itu bergantung pada kreativitas seseorang untuk menggunakan dan
mengolah kata dalam berbagai cara.
WHAT IS MEANING
Beberapa konsep mengenai meaning dari
semantics teori :
The Referential Theory of Meaning
Jika kita hanya focus
pada ekspresi-ekspresi dalam suatu bahasa, misalnya de gaulle, chris evert,
Italy atau frase kata benda seperti the present president of the United States,
the first person to walk on our moon dsb. Seseorang biasanya menyimpulkannya
berdasarkan sesuatu yang mereka maksud. Seperti konsep dari meaning yang
berslogan :
“Arti dari setiap ekspresi adalah mengenai objek yang sesungguhnya yang dimaksudkan.”
Meskipun slogan tersebut menggambarkan fakta bahwa kita menggunakan bahasa untuk membicarakan dunia, namun masalahnya untuk mengidentifikasi meaning sebagai reference. Apabila kita percaya bahwa meaning dari suatu ekspresi adalah referentnya, maka kita akan menghadapi konsekuensi:
“Arti dari setiap ekspresi adalah mengenai objek yang sesungguhnya yang dimaksudkan.”
Meskipun slogan tersebut menggambarkan fakta bahwa kita menggunakan bahasa untuk membicarakan dunia, namun masalahnya untuk mengidentifikasi meaning sebagai reference. Apabila kita percaya bahwa meaning dari suatu ekspresi adalah referentnya, maka kita akan menghadapi konsekuensi:
a. Jika suatu ekspresi
memiliki meaning, maka pasti memiliki referent
b. Jika dua ekspresi
memiliki referent yang sama maka keduanya memiliki meaning
yang sama
c. jika referent dari
suatu ekspresi benar maka meaningnya juga akan benar
Ketiga konsekuensi ini
tentu bernilai salah, maka teori ini harus dimodifikasi. Pada poin (a) pada
setiap ekspresi yang memiliki meaning berarti harus memiliki objek yang
actual(nyata). Lalu bagaimana arti kata seperti Pegasus, The, Very djelaskan?
Pada poin (b) jika dua ekspresi mengacu pada objek yang sama maka dia memiliki
makna yang sama. Ini berarti bahwa keduanya bersinonim. Tetapi banyak ekspresi
yang digunakan untuk mengacu pada satu objek yang tidak memiliki mean yang
berbeda. Misalnya the morning star, the evening star, dan venus semuanya
mengacu pada planet yang sama tetapi mereka tidak bersinonim. Pada poin (c)
misalnya pada kalimat “Sir Edmund Hilary was the first European to climb Mt.
Everest sehingga he was knigted by the Queen. Tapi apabila kita menyimpulkan
makna dari Sir Edmund Hilary was the first European to climb Mt. Everest adalah
he was knigted by the Queen ini terdengar tidak masuk akal. Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa teori ini tidak dapat diterima atau harus dimodifikasi dengan
cara yang lain.
Mentalist Theory of Meaning
Mentalist Theory of Meaning
Jika kita mengatakan
bahwa sebuah arti kata bukan actual obyek, maka ia merupakan mental obyek.Glucksberg
dan Danks (1975,50) mengatakan bahwa ”Sebuah rangkaian makna dari kata
merupakan serangkaian perasaan, gambaran, ide, konsep, pikiran, serta
kesimpulan yang dibuat seseorang ketika ia mendengarkan atau memproses kata
tersebut.”
“Arti dari setiap ekspresi E merupakan sebuah ide atau ide-ide, I(saya), diasosiasikan dengan E di pikiran pembicara”
“Arti dari setiap ekspresi E merupakan sebuah ide atau ide-ide, I(saya), diasosiasikan dengan E di pikiran pembicara”
Konsep ini tentu saja
memiliki masalah, yaitu :
• Ide yang menjadi
dasar teori ini sebenarnya masih tidak jelas apabila digunakan
untuk mengartikan
sesuatu yang spesifik. Teori ini juga tidak bisa diuji.
• Atau apabila ide tersebut
cukup tepat untuk diujikan, teori ini bisa saja membuat
prediksi yang salah.
• Teori ini juga
mengatakan bahwa meaning juga merupakan gambaran pikiran
seseorang. Ternyata
gambaran pikiran dalam teori ini tidak cukup tajam atau masih
terlalu abstrak untuk
menggambarkan sesuatu apalagi sebuah kata kerja atau kata
benda.
• Masalah lain dari
teori ini adalah untuk membuat konsep dari hal-hal yang berkaitan
dengan ide. Sebuah
teori harus dapat mengidentifikasi dan membedakan konsep dari
sebuah arti atau
makna. Singkatnya teori ini memiliki banyak kesulitan. Kemungkinan
masalahnya terletak
pada awal asumsi tentang makna itu adalah sebuah kesatuan.
The Use Theory of Meaning
Teori ini dikemukakan oleh Wittgenstein
pada 1930.
“Arti dari ekspresi E
ditentukan dari penggunaannya di dalam bahsa komunitas atau bahasa masyarakat
sehari-hari”
Problem yang dihadapi
pada teori ini ialah konsep yang berkaitan dari penggunaan ( use ) haruslah
tepat, dan bagaimana penggunaannya bisa digunakan untuk berkomunikasi.
Kesimpulannya,sangatlah bijak apabila kita mengatakan bahwa tidak ada teori yang sangat bagus untuk mendeskripsikan apa itu meaning dan semua teori yang telah disurvey tersebut merupakan pernyataan yag tidak menyatu. Tapi kedepannya masih ada banyak riset tentang
Kesimpulannya,sangatlah bijak apabila kita mengatakan bahwa tidak ada teori yang sangat bagus untuk mendeskripsikan apa itu meaning dan semua teori yang telah disurvey tersebut merupakan pernyataan yag tidak menyatu. Tapi kedepannya masih ada banyak riset tentang
Hal ini.
REFERENCE
Kata refer sering
digunakan untuk mengacu pada apa yang pembicara lakukan. Sedangkan istilah
denote atau semantic reference digunakan untuk mengacu pada apa yang dilakukan
oleh kata atau frase tersebut. Objek yang dijelaskan oleh pembicara (orang)
disebut referent. Sedangkan objek yang dijelaskan secara semantic disebut
denotation.
Reference itu terbagi atas dua, yaitu speaker’s reference dan linguistic reference.
Speaker’s reference mencakup apa yang pembicara tujukan ketika menyampaikan sesuatu, dan speaker’s reference bisa saja sama dengan apa yang pembicara indikasikan. Seperti contoh, sesuatu ditujukkan kepada George Washington dengan menggunakan The First President. Ini dapat terjadi walaupun sesuatu yang diindikasikan tidak sama dengan semantic reference. Yang perlu ditekankan bahwa denotations merupakan segala sesuatu dan kejadian yang ada di dunia ini. Dengan kata lain word or phrase denotes adalah segala sesuatu dan peristiwa yang dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Reference itu terbagi atas dua, yaitu speaker’s reference dan linguistic reference.
Speaker’s reference mencakup apa yang pembicara tujukan ketika menyampaikan sesuatu, dan speaker’s reference bisa saja sama dengan apa yang pembicara indikasikan. Seperti contoh, sesuatu ditujukkan kepada George Washington dengan menggunakan The First President. Ini dapat terjadi walaupun sesuatu yang diindikasikan tidak sama dengan semantic reference. Yang perlu ditekankan bahwa denotations merupakan segala sesuatu dan kejadian yang ada di dunia ini. Dengan kata lain word or phrase denotes adalah segala sesuatu dan peristiwa yang dapat dijelaskan dengan kata-kata.
WHAT IS REFERENCE?
Ada dua teori mengenai reference yaitu :
Description Theory
Konsep yang ada pada
teori ini yaitu suatu ekspresi mengacu tentang apa yang diacukan karena ia
menjelaskan tentang acuan tersebut. Misalnya pada contoh frase the first person
to walk on our moon yang mengacu kepada Neil Amstrong atas berdasarkan fakta
yang pantas untuk menjelaskannya. Lalu bagaimana dengan pronoun dan proper
name? Teori ini mengatasinya dengan mengatakan bahwa orang-orang menggunakan
eksperesi yang ada dalam pikirannya untuk mengacu pada objek yang ia maksudkan.
Jadi teori ini berdasarkan
dari speaker’s reference, bukan dari
linguistic reference.The Historical Chain Theory
Konsep dari teori ini bahwa suatu ekspresi mengacu pada apa yang diacukannya berdasarkan atas suatu hubungan historis antara kata yang diucapkan dan memberi gelar pada objek dengan nama tersebut. Ini menunjukkan bahwa penggunaannya diteruskan dari satu pembicara ke pembicara lain dari generasi ke generasi.Kedua teoti tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya. The Description Theory banyak digunakan untuk menjelaskan kata yang termasuk dalam Noun dan Adjective. Sedangkan The Historical Chain Theory lebih banyak digunakan pada proper names, dan dapat digunakan dalam ekspresi seperti she, he, that, dll.
Konsep dari teori ini bahwa suatu ekspresi mengacu pada apa yang diacukannya berdasarkan atas suatu hubungan historis antara kata yang diucapkan dan memberi gelar pada objek dengan nama tersebut. Ini menunjukkan bahwa penggunaannya diteruskan dari satu pembicara ke pembicara lain dari generasi ke generasi.Kedua teoti tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya. The Description Theory banyak digunakan untuk menjelaskan kata yang termasuk dalam Noun dan Adjective. Sedangkan The Historical Chain Theory lebih banyak digunakan pada proper names, dan dapat digunakan dalam ekspresi seperti she, he, that, dll.
AIMS AND CLAIMS OF SEMANTIC THEORY WORD AND PHRASES MEANING PROPERTIES
Properties yang paling
penting dari semantic properties ialah apakah suatu kata itu bersifat
meaningful atau meaningless. Kosakata harus menetapkan dan bisa mewakili suatu
arti ke dalam berbagai cara. Contohnya pada kata “bachelor” berarti “unmarried
adult male”, dan kata “mother” berarti “female parent”. Dalam mempelajari
bahasa kita sendiri, kita tentunya mengetahui dan membedakan apakah kata
tersebut bersifat meaningful atau meaningless. Contoh di hal 247, kata-kata
tersebut bersifat meaningful sementara contoh kedua dimana anak kecil berbicara
dengan bahsanya sendiri, “wawa” sebagai bentuk ekspresinya menyebut water. Hal
itu bersifat meaningless. Walaupun kata tersebut sangat berguna untuk
berkomunikasi antara anak tersebut dan orang tuanya.
Semantic property lainnya yaitu ambiguity atau biasa diartikan sebagai lexical ambiguity. Contohnya ada pada halaman 247 nomor (5). Kemampuan untuk menentukan ambiguity tidak mudah pada saat berkomunikasi. Keberhasilan dalam berkomunikasi sangat bergantung pada pemahaman antara pendengar dan pembicara dalam mengenali adanya kemungkinan kata yang ambigu.
Semantic property lainnya yaitu ambiguity atau biasa diartikan sebagai lexical ambiguity. Contohnya ada pada halaman 247 nomor (5). Kemampuan untuk menentukan ambiguity tidak mudah pada saat berkomunikasi. Keberhasilan dalam berkomunikasi sangat bergantung pada pemahaman antara pendengar dan pembicara dalam mengenali adanya kemungkinan kata yang ambigu.
Properties lainnya
ialah anomaly. dikatakan anomalous apabila terdapat ketidakcocokan meaning dari
kata tersebut. Lihat contoh (6) pada hal 248. Selalu memungkinkan untuk menentukan
arti dari sebuah ekspression. Terlebih ketika melihat beberapa bentuk puisi,
kita diminta untuk menentukan arti kata yang terkandung dalam anomalous
expression tersebut. Pada contoh (6) tidak memiliki terjemahan dalam bahasa
inggris. Yang perlu diingat bahwa anomalous expression secara sintax memiliki
bentuk yang benar sehingga akan memudahkan kita untuk menemukan makna dari
ekspresi tersebut.
MEANING RELATIONS
MEANING RELATIONS
Sebuah kata ataupun
kata-kata itu tidak hanya memilki sebuah properties atau sifat tetapi juga
memilki hubungan satu sama lain, meaning relations . Seperti halnya berhubungan
secara morphologi dan semantic. Kata itu juga dihubungkan oleh sifat atau arti
kata tersebut didalam lexicon.
1. Sinonim merupakan hubungan dari sebuah kata yang memilki arti yang
sama.Tulisannya berbeda tetapi meliki arti yang sama.
2. Homophonus merupakan hubungan yang ada diantara 2 kata yang memilki
pengucapan yang sama tetapi dengan arti yang berbeda. Contohnya kata bank ,bank
yang merujuk kepada sisi sebuah sungai melawan kata bank yang merajuk kepada
institusi keuangan.
3. Meaning inclusion. Ada pada contoh 7 dan 8 hal 249 merupakan contoh dari
meaning inclusion. Ketika kita menggabungkan kata tersebut maka akan
menghasilkan kata yang berlebihan atau pemborosan kata. Hubungan ini
menunjukkan walaupun 2 kata itu tidak bersinonim dan arti masing-masing mereka
tidak sesuai, tetapi arti mereka saling melengakpi dan memiliki kesamaan aspek
semantic.
4. Antonymous merupakan lawan arti dari sebuah kata. Contoh 9 hal 249. Tetapi tidak semua hal yang berlawanan merupakan lawan arti kata. Seperti cat dan dog, kedua hal ini selalu bertentangan tetapi bukan berarti dia berantonim.
5. Semantic field. Walaupun selompok kata tidak bersinonim tetapi ia dapat menjelaskan tentang kejadian yang sama sehingga dapat disebut sebagai semantic fileds. Contohnya : color terms ( red,green,blue,yellow), kinship terms (mother,father,sister,brother). Istilah semantic field juga dapat diperluas dengan mengaitkan kata tersebut dengan kata yang memiliki kedekatan arti misalnya pada “plant names”, “animal names”, dsb.
4. Antonymous merupakan lawan arti dari sebuah kata. Contoh 9 hal 249. Tetapi tidak semua hal yang berlawanan merupakan lawan arti kata. Seperti cat dan dog, kedua hal ini selalu bertentangan tetapi bukan berarti dia berantonim.
5. Semantic field. Walaupun selompok kata tidak bersinonim tetapi ia dapat menjelaskan tentang kejadian yang sama sehingga dapat disebut sebagai semantic fileds. Contohnya : color terms ( red,green,blue,yellow), kinship terms (mother,father,sister,brother). Istilah semantic field juga dapat diperluas dengan mengaitkan kata tersebut dengan kata yang memiliki kedekatan arti misalnya pada “plant names”, “animal names”, dsb.
Setelah kita melihat semua properties
dan hubungan semantic dari arti kata, kita bisa ingat bahwa lexicon itu bukan
sekedar deretan atau daftar kata-kata, tetapi melaui properties dan relations
tadi kita bisa mengetahui bahwa setiap kata bisa saja meiliki kesamaan, lawan
arti, serta jaringan. Lexicon juga merupakan struktur internal yang kompleks.
SENTENCES
Karena kalimat itu tersusun dari kata-kata dan phrase, kita mengharapkan dengan serangkaian semantics properties dan relations dari sebuah kata maupun phrase juga mampu membawa kedalam kalimat tersebut. Jika sebuah kalimat diartikan sebagai sebuah hasil pemikiran yang komplit,maka hal ini tidak berguna,tetapi kalimat ternyta memiliki fungsi yang unik.Sehingga kita bisa mengharapkan untuk menemukan property semantic atau hubungan nya yang unik di dalam sebuah kalimat.
Karena kalimat itu tersusun dari kata-kata dan phrase, kita mengharapkan dengan serangkaian semantics properties dan relations dari sebuah kata maupun phrase juga mampu membawa kedalam kalimat tersebut. Jika sebuah kalimat diartikan sebagai sebuah hasil pemikiran yang komplit,maka hal ini tidak berguna,tetapi kalimat ternyta memiliki fungsi yang unik.Sehingga kita bisa mengharapkan untuk menemukan property semantic atau hubungan nya yang unik di dalam sebuah kalimat.
MEANING PROPERTIES AND RELATIONS
Sebelumnya telah
dibahas mengenai 2 bentuk meaning properties dan relation kata mengenai
ambiguity dan synonymy. Sekarang, kita akan membahas tentang property of
sentence yaitu communicative potential.merupakan kalimat pernyataan.àa.
Declarative sentence merupakan
kalimat perintahàb. Imperative sentence
merupakan kalimat pertanyaan.àc. Interrogative
sentence Bidang semantic, secara tradisional umumnya berkosentrasi pada kalimat
pernyataan yang dimana tersebut diianggap benar.
TRUTH PROPERTIES
TRUTH PROPERTIES
Tidak hanya ekspresi
memiliki arti properties dan relations, tetapi ekspresi itu juga bisa digunakan
untuk menytakan sesuatu itu benar atau salah. Tentu saja tidak ada teori
semantic yang bisa menentukan kalimat mana yang kita gunakan untuk mengatakan
yang benar atau yang salah. Benar atau tidaknya sebuah kalimat itu tergantung
dari kepada siapa kalimat itu merujuk dan keambiguitasan kalimat tersebut.
Misalnya pada contoh :
I took your picure
bisa berarti :
a. I removed your
painting last night.
b. I photograph you
last night.
Apakah ini berarti
bahwa sematic sebagai hakikat kebahasaan tidak berhubungan dengan kepalsuan dan
kebenaran? Jawabannya adalah tidak, karena truth properties dan truth relations
bagaimanapun juga memiliki reference dan memiliki arti yang pasti.
Truth properties
dibagi menjadi dua :
a. Linguistically true (analitycally true) or linguistically false
(contradictory)
Suatu kalimat dikatakan linguistically true jika kebenarannya ditentukan semata-mata oleh semantics dan tidak perlu diuji lagi faktanya.
Suatu kalimat dikatakan linguistically true jika kebenarannya ditentukan semata-mata oleh semantics dan tidak perlu diuji lagi faktanya.
b. Empirically true or empirically false
Suatu kalimat dikatakan empirically true or false jika kebenarannya tidak
ditentukan oleh semantics sehingga kebenarannya perlu diuji.
Semantics tidak membahas mengenai empirically true atau falsehood tetapi
lebih membahas mengenai linguistically true or false.
TRUTH RELATIONS
Di dalam semantic,
juga ada truth relations seperti halnya truth properties.Truth relations yang
paling penting yaitu entailment. Sebuah kalimat dikatakan entail (berkaitan)
kepada kata yang lain jika kebenaran pada kalimat yang pertama juga menjamin
kebenaran pada kalimat yang kedua begitupun juga kesalahan pada kalimat yang
pertama juga menjamin kesalahan pada kalimat yang kedua. Contoh 16 pada 254.
Masih berkaitan dengan entailment terdapat truth relation yang lain yaitu semantic presupposition. Semantic presupposition adalah hubungan antara dua kalimat yang memiliki kesamaan.
Masih berkaitan dengan entailment terdapat truth relation yang lain yaitu semantic presupposition. Semantic presupposition adalah hubungan antara dua kalimat yang memiliki kesamaan.
As we know that What is Semantic
Linguistics is the study of language - how it is put together and how it functions. Various building blocks of different types and sizes are combined to make up a language. Sounds are brought together and sometimes when this happens, they change their form and do interesting things. Words are arranged in a certain order, and sometimes the beginnings and endings of the words are changed to adjust the meaning. Then the meaning itself can be affected by the arrangement of words and by the knowledge of the speaker about what the hearer will understand. Linguistics is the study of all of this. There are various branches of linguistics which are given their own name, some of which are described below. Linguists are people who study linguistics.
1. Discourse analysis looks at bigger chunks of language - texts, conversations, stories, speeches, etc. Different types of these use language differently, and there can even be differences in how a language is used based on the genre. For example, "Once upon a time" is an appropriate start to a fairy tale, but not to a news story on the evening news. Discourse features can also show important principles of organization such as which players in a story have key roles and which just have bit parts.
2. Semantics is the study of meaning. It focuses on the relation between words, phrases and other bits of language and on how these words and phrases connect to the world. Pragmatics is similar, but it involves the study of how speakers of a language use the language to communicate and accomplish what they want. Pragmatics looks more at the relationship between speaker and listener which allows assumptions to be made about the intended message, considering, for example, the way context contributes to meaning. A classic example is where someone is asked "Do you want some coffee?" Does the reply "Coffee will keep me awake" mean yes or no? It depends whether the person wants to stay awake - and the questioner will only understand the intended meaning if they know whether the person wants to stay awake.
3. Historical Linguistics is the study of how languages have changed over time. Some changes happen because of slow (maybe incremental) changes within the language, such as in pronunciation or in the meaning of a word. Other changes happen because of contact with speakers of other languages. The most well know example of this is "borrowing," but language contact can cause other types of change as well. It can be interesting to compare phonology, syntax and word lists of similar or geographically close languages to see how similar they are. Some linguists then use this information to figure out the past of the languages, such as when two languages split from each other. Combined with other known facts about the speakers of the language, it can lead to important discoveries about their history.
4. Sociolinguistics is the study of society and language. Sociolinguists may use surveys to examine in which contexts a language is used (e.g. market, home, school, workplace) and the attitudes to each language (particularly in multilingual contexts). They may look at ways that variation in a particular language correlates with social factors such as speaker age, ethnic identity, location, etc. For more information on sociolinguistics.
Linguistic
About my self
Hey, this is my homepage, so I have to say something about myself. Sometimes it is hard to introduce yourself because you know yourself so well that you do not know where to start with. Let me give a try to see what kind of image you have about me through my self-description. I hope that my impression about myself and your impression about me are not so different. Here it goes.
Hey, this is my homepage, so I have to say something about myself. Sometimes it is hard to introduce yourself because you know yourself so well that you do not know where to start with. Let me give a try to see what kind of image you have about me through my self-description. I hope that my impression about myself and your impression about me are not so different. Here it goes.
Iam a person who is positive about every aspect of life. There are many things I like to do, to see, and to experience. I like to read, I like to write,I like to think, I like to dream,I like to talk, I like to listen. I like to see the sunrise in the morning, I like to see the moonlight at night. I like to feel the music flowing on my face, I like to smell the wind coming from the ocean. I like to look at the clouds in the sky with a blank mind, I like to do thought experiment when I cannot sleep in the middle of the night. I like flowers in spring, rain in summer, leaves in autumn, and snow in winter. I like to sleep early, I like to get up late,I like to be alone, I like to be surrounded by people. I like country’s peace, I like delicious food and comfortable shoes, I like good books and romantic movies. I like the land and the nature, I like people. And, I like to laugh much.
I always wanted to be a great writer, like Victor Hugo who wrote "Les Miserable", or like Roman Roland who wrote "John Christopher". They have influenced millions of people through their books. I also wanted to be a great psychologist, like William James or Sigmund Freud, who could read people’s mind. Of course, I am nowhere close to these people, yet. I am just someone who does some teaching, some research, and some writing. But my dream is still alive.
Maybe its about myself 🙏🏻🙃
Maybe its about myself 🙏🏻🙃
Sadhya permeiswari
Final Test IMALT
Name : Sadhya Permeiswari Class : 5.1 Subject : IMALT 1. Teaching media mean all tools which may be used by teacher to deliver teaching ma...